Aku terduduk
disalah satu kursi panjang yang ada di taman komplek rumahku. Aku terisak pelan
sambil menadahkan air mata langit yang terus membasahi muka bumi ini dengan
kedua telapak tanganku.
Tuhan adil?
Hhh! Aku benar-benar ragu dengan kalimat 'itu'.
Tuhan itu tidak adil! Kenapa aku tidak pernah merasakan bahagia? Kenapa aku
selalu ada di posisi bawah? Apa aku tak pantas untuk bahagia? Apa salah aku?
Kenapa Tuhan membiarkan aku sendiri didunia fana ini? Aku butuh teman. Teman
berbagi. Tapi, rasanya itu mustahil. Teman 'itu'
telah pergi. Dia sudah bahagia, dan meninggalkanku sendiri.
Aku muak
dengan kehidupan ini. Semuanya semu. Tidak ada gunanya. Semuanya itu mati.
Dimana Tuhan? Dimana? Kenapa Tuhan hanya diam saja melihat aku menderita?
Katanya, Tuhan selalu ada dan menemani setiap umatnya yang sedang berduka. Tapi
apa? Tuhan malah membiarkan aku sendiri.
Aku terus
meracau dalam diam. Lidah ini terasa kelu. Sama sekali tak dapat digerakan.
Tenggorokanku tercekat. Nafasku terus menderu. Aku ingin berteriak. Namun apa
daya? Untuk berbicara pelan saja, aku tak punya tenaga. Aku terlalu lelah.
Tuhan, aku
mohon. Temani aku. Peluklah aku. Aku butuh sandaran. Semuanya meninggalkan aku.
Aku sendiri, Tuhan. Tuhan, bolehkan aku tidur walau hanya sebentar saja?
Dengan tegar,
aku menatap langit yang terus mengeluarkan airnya. Sadarlah! Kau tidak sendiri! Ada langit diatas sana. Dia sama sepertimu. Dia sedang berduka. Mengeluarkan air beban sepuasnya. Kau tahu? Dia menutupi semua kesedihanmu. Dia menyamarkan air matamu ini. Lagi –
lagi aku berteriak dalam hati.
Satu hal yang
harus aku percaya dan yakini, Tuhan itu Maha Adil. Ada langit yang menemaniku
disini.
0 comments:
Post a Comment
Jangan menggunakan kata-kata yang kasar.
Terima kasih.