-->

Friday, January 24, 2014

Cerita Hujan

Posted by Firda at 9:48 PM 0 comments
Hujan kembali mengguyur kota Jakarta. Membuat genangan-genangan air yang tak beraturan. Seorang gadis SMA terus menghentakan kakinya kesal. Meruntuki hujan yang tak kunjung reda. Bajunya sudah basah akibat angin yang menerpa tubuhnya membawa bulir air hujan. Sambil menggosok-gosokan tangan ke tubuhnya menahan rasa dingin yang menyerangnya itu.

Jam pulang anak sekolah sudah dari 2jam yang lalu. Entah sampai kapan ia harus terus menunggu hujan reda di halte tempat ia berpijak. 

"Sial! Gara-gara Oik jadi kejebak hujan ginikan!" gerutunya kesal.

Ah iya. Dia terlambat pulang akibat ulah Oik. Karena di jam pelajaran sejarah tadi, Oik ketinggalan mencatat, jadilah dia menunggui Oik mencatat. Pasalnya, Oik itu adalah sahabatnya. Makanya dia rela nungguin Oik, supaya bisa pulang bareng juga. Namun apa daya, tiba-tiba Oik dijemput oleh kekasihnya. Dan akhirnya ia harus pulang sendiri seperti saat ini.

"Oik nyebelin! Hujan nyebelin! Semuanya nyebelin!" teriak gadis itu tak jelas. Ia tak peduli orang akan menganggapnya gila. Persetan orang gila.

"Berisik!" ujar seseorang tiba-tiba. Ia pun kaget, dengan cepat ia menoleh kesumber suara. Dan... GOSH! Dia tampan sekali! Disebelahnya ada seorang pemuda yang mencibirnya tadi. Pemuda berwajah seperti orang Korea, dengan mata hazel yang mampu menghipnotis kaum hawa, beperawakan tinggi atletis, dan berkulit putih. Ah sempurna... Tapi tunggu pemuda itu sama dengannya, masih mengenakan seragam sekolah. Wah jodoh nih. Ups... Haha.

"Kamu siapa?" tanya si gadis dengan wajah takut. Ya meskipun dia tampan -menurutnya-, tapi siapa tau dia berniat berbuat jahat. Eh tapi mana mungkin, pemuda itu kan pelajar, sama seperti dirinya.

"Gak usah takut. Aku gak gigit orang kok," bukannya menjawab, pemuda itu malah menggodanya.

"Ish! Siapa yang takut sama kamu?"

"Kamulah, siapa lagi yang ada disini selain aku sama kamu? Hahahaha," ledek si pemuda.

"Mmm... hujannya udah sedikit reda nih, aku anter pulang yuk!"

Oh My Allah, mimpi apa aku semalem. Dianterin pulang cowo ganteng gini pula! Wah... Wah... Wah... Dewa Fortuna lagi berpihak di gue nih. Hahaha.. bathin gadis itu bahagia. Dengan semangat, ia menganggukan kepala.

"Sip, bentar ya!" 

Pemuda itu berlari menyebrang jalan. Ia meminta kardus ke penjual pinggir jalan raya itu. Kemudian ia kembali ke halte tadi. "Ayo! Keburu deres lagi entar!" kata si pemuda.

Gadis itu mendekat kearahnya. Mereka berjalan berdua dengan berlindung dibawah kardus tadi. Keheningan sama sekali tak terjadi diantara mereka. Mereka justru saling bertanya satu sama lain mengenai diri masing-masing. Seperti...

"Ng... Rumahmu dimana?" tanya si gadis.

"Samping rumahmu," 

What?! Apa maksudnya? Ah sebentar... Di samping rumahku memang ada penghuni baru -kata mama-. Tapi gue sama sekali gak nyangka, bahwa dia adalah si 'penghuni itu'. Bathin si gadis terkejut.

"Jadi, kamu penghuni rumah sampingku itu?" dengan wajah shock pastinya.

"Bingo! Makanya jangan didalem rumah terus, jadi gak taukan punya tetangga tampan kaya aku." 

"Ng... hehehe," gadis itu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Ah... Dia salting.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di rumah si gadis itu.

"Makasih Ng...." gadis itu bingung melanjutkan ucapannya, lantaran ia tidak tahu nama pemuda dihadapannya.

Melihat gadis itu kebingungan, pemuda itu dengan gesit memberi tau namanya, "Cakka, aku Cakka." katanya disertai senyuman mautnya. 

Ah, ini seperti mimpi. Pertemuan dibawah naungan hujan itu membuatku berdebar tak karuan. Well, aku tak lagi membenci hujan. Karena sekarang, aku sangat mencintai hujan. Terima kasih, hujan. 

-Alyssa-


The End.





YEAYY ENDING^-^ aku tau ini aneh, dan banyak kata-kata yang kurang pas. HAHA tapi seperti biasa, sabodoamatlah~ 

Thursday, January 23, 2014

Akulah Dia

Posted by Firda at 9:57 PM 0 comments
Tak pernah berhenti
Mencari cinta
Selalu saja ada
Yang tak kamu suka

"Riiiiioooooooooo..." teriak seorang gadis yang menggema diseluruh sudut koridor. Yang di panggil hanya diam memasang wajah dingin tanpa menoleh ke sumber suara. Gadis itu pun menghampiri si Rio 'tadi'.

"Hai yo, ini aku bawain bekal buat kamu," kata gadis itu sambil menyodorkan kotak makanan dengan senyum yang mengembang. Rio menatap datar kotak makanan itu.

"Gue gak butuh makanan dari lo." balas Rio dingin dan langsung pergi meninggalkan gadis yang mematung akibat ucapannya.

Terlalu jauh
Engkau melihat
Coba rasakan yang ada di sekitarmu

Dengan airmata yang terus keluar bebas dari mata hazelnya, gadis itu berlari. Tak peduli dengan orang yang memakinya, akibat dia tabrak. 

Di taman ini sekarang ia berada. Sambil menatap kotak makanan -yang tadi ditolak Rio- dengan lirih. Tiba- tiba, ada sepasang tangan menyentuh pipinya. Menghapus airmatanya yang tak berhenti-henti. 

"Jangan nangis, Fy." kata seorang pemuda sipit berwajah oriental.

"Kenapa 'dia' selalu bersikap dingin sama aku sih, Vin?!" tanya Ify -gadis itu- dengan isakan yang tak kunjung mereda.

Alvin -pemuda sipit tadi- hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Ify, sambil mengacak-acak rambut Ify. "Udah ah, cengeng banget sih kamu. Cuma gara-gara cowo gak jelas aja nangis. Ke kantin yuk!" ajak Alvin. 

Ify cemberut, namun tetap berdiri mengikuti langkah Alvin. Ia menyatukan tangannya dengan tangan Alvin.

Sesungguhnya dia ada di dekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
Dia s'lalu menunggumu
Untuk nyatakan cinta

"Alviiiinnn, jangan habisin minuman aku dong! Huh!" ujar Ify kesal sambil menggembungkan kedua pipinya. Dengan gemas, Alvin mencubit kedua pipi itu, "Kamu lucu deh kalo ngambek. HAHA," Alvin langsung berlari keluar kantin.

"ALVVIIIIIIIIIIINNNNN!!" Ify pun segera mengejar Alvin. Tiba-tiba...

'Bruukk'

"Aduh..." rintih Ify kesakitan. Alvin yang menyadari akan ada 'bencana besar', menoleh ke sumber suara. Ia kaget melihat Ify terduduk dilantai sambil merintih.

"IFYYY," Alvin berlari kearah Ify dan menyejajarkan tubuhnya dengan Ify. 

"Yo! Lo jadi cowo gak punya hati banget sih! Bantuin kek!" bentak Alvin ke pemuda yang bertabrakan dengan Ify -Rio-. Rio hanya melengos pergi meninggalkan Alvin dan Ify. Alvin menatap punggung Rio tajam.

'Kalo aja bunuh orang gak dosa, udah gue bunuh lo dari dulu!' bathin Alvin kesal.

Kemudian, Alvin menggendong Ify ke UKS. Sesampai di UKS suasana hening mulai terjadi. Baik Ify maupun Alvin tak ada yang mulai pembicaraan. Alvin sibuk mengobati luka Ify, sementara Ify hanya menunduk berusaha menyembunyikan airmatanya.

"Kamu masih suka sama 'dia'?" Alvin mulai membuka suara. Ify hanya diam. Alvin tau, kalo Ify gak mungkin semudah itu melepas bayangan Rio dipikirannya. Alvin menghela napas. Lalu meninggalkan Ify seorang diri. Ify menatap lirih punggung Alvin yang mulai menghilang.

Disepanjang koridor Alvin memasang muka datar. Hanya satu tujuan dia. Menghajar Rio.

"RIOO! Keluar lo!" teriak Alvin ketika ia sampai didepan kelas Rio. Anak-anak perempuan dikelas itu hanya menunduk melihat wajah alvin yang sangar. Rio keluar dengan santai, seolah-olah tak ada apa-apa. "Ada ap-"

'BUGH'

Sebelum Rio menyelesaikan pertanyaannya, Alvin langsung menyerangnya. 

'BUGH'
'BUGH'
'BUGH'

Pukulan tiga kali berturut-turut menghempaskan tubuh Rio kelantai. Alvin memegang kerah baju Rio. Rio hanya diam, tak membalas perbuatan Alvin. Anak-anak perempuan hanya mampu memejamkan mata mereka.
"PENGECUT!" teriak Alvin tepat didepan muka Rio. Rio hanya tersenyum miring, kemudian...

'BUGH'

"YANG PENGECUT ITU ELO! BUKAN GUE! NGACA DONG!" Rio membalas perkataan Alvin tak kalah keras.

"MAKSUD LO APA?! HAH?!"

"Ck, MUNAFIK BANGET SIH LO! GUE TAU LO ITU SUKA KAN SAMA IFY?! DAN LO LAKUIN INI KARENA LO GAK MAU IFY GUE SAKITIN!" Rio terengah-engah dengan wajah penuh emosi.

"Denger ya, Vin. Lo harus lakuin apa yang seharusnya lo lakuin. Atau lo akan menyesal selamanya." Setelah berkata seperti itu, Rio berdiri dan menghampiri Sivia -pacarnya- dan pergi meninggalkan tempat kejadian. Tak tahukan Alvin? Bahwa Ify ada disana sedang memperhatikannya sedari tadi. Sebenarnya, salah satu anak perempuan di kelas Rio tadi langsung mencari Ify disegala sudut sekolah. Dan akhirnya menemukan Ify di UKS, kemudian langsung membawa Ify ke TKP.
Ify menghampiri Alvin yang tengah menunduk diantara kerumunan orang banyak. "Vin..." panggil Ify lirih. Alvin hanya diam. Ify membubarkan kerumunan orang banyak itu. Lalu mengajak Alvin ke taman sekolah. 

Sesungguhnya dia adalah diriku
Lebih dari sekedar teman dekatmu
Berhentilah mencari
Karna kau t'lah menemukannya

Keheningan kembali terjadi. Alvin hanya diam menahan sakit dipipinya akibat bogeman mentah dari Rio tadi. Ify memainkan jari-jarinya, memikirkan 'kata apa yang pas untuk bertanya pada Alvin soal masalah tadi'.

"Vin..." akhirnya Ify mengeluarkan suaranya. Dengan jantung yang berdebar-debar, Ify melanjutkan ucapannya yang terputus, "Vin... Apa bener yang dibilang Rio tadi?" 

"Ya," singkat memang, namun itu malah membuat Ify semakin tidak bisa berkutik lagi. 

"Fy,kamu tau? Sejak kita baru masuk SMA ini, aku memang sudah tertarik sama kamu. Pas aku deketin kamu, kamu malah suka sama Rio." Alvin berkata begitu lirih.

Ify hanya diam. Dia terlihat sangat shock mengetahui kenyataan seperti ini. Ify baru sadar, ternyata selama ini, perhatian Alvin lebih dari seorang sahabat. Ify juga baru menyadari, begitu kalapnya Alvin saat mendapati dirinya terjatuh sewaktu kejar-kejaran tadi. 

"Aku sayang sama kamu, Fy. Melebihi sayang sama diri aku sendiri. Aku rela sakit, cuma demi melihat kamu tersenyum." Alvin mengangkat kepalanya, memandangi wajah Ify.
“Aku sadar, aku mungkin gak sesempurna Rio. Gak sepintar Iel. Gak se-cute Ray. Gak se-cool Cakka. Tapi inilah aku, Fy. Apa adanya. Aku tau, aku ini pengecut, gak berani nyatain cinta ke kamu sedari dulu. Kamu tau, Fy? Hal yang paling menyakitkan buat aku adalah melihat kamu menangis.”

Ify segera memeluk Alvin dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di dada Alvin yang  bidang. Alvin pun membalas pelukan Ify sama eratnya.

Bantu aku untuk mencintaimu, Vin...” Ify melepas pelukannya dan menatap pemuda sipit itu.  'Aku orang yang -akan- selalu ada buat kamu, Fy. Akulah Dia'.

Dia mungkin bukan
Manusia sempurna
Tapi dia selalu ada untukmu

Sesungguhnya dia ada di dekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
Dia s'lalu menunggumu
Untuk nyatakan cinta

Sesungguhnya dia adalah diriku
Lebih dari sekedar teman dekatmu
Berhentilah mencari
Karna kau t'lah menemukannya

Hanya dia yang t'lah mengenalmu
Dia kan s'lalu setia

Sesungguhnya dia ada di dekatmu
Tapi kau tak pernah menyadari itu
Dia s'lalu menunggumu
Untuk nyatakan cinta

Sesungguhnya dia adalah diriku
Lebih dari sekedar teman dekatmu
Berhentilah mencari

Karna kau t'lah menemukannya








Akhirnya jadi! Yeayyy! Sumpah ini semeraut banget, gak jelas, EYD-nya berantakan, typo dimana-mana, lebay, alay, dll-__-. Tapi sabodoamatlah. HAHA.

Sunday, January 19, 2014

-Nothing- Special

Posted by Firda at 9:31 AM 0 comments
Plukk...

Sebuah gumpalan kertas terlempar kearahku. Dibelakangku sudah ada seorang pemuda sipit sambil menyengir nakal. Huh! Dia lagi! Dia lagi! Pemuda paling sengak yang aku kenal.

Aku penasaran apa isi gumpalan kertas ini. Aku pun membukanya. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak, dan seperti ada sesuatu yang menggelitik di hatiku.

‘Hah?! Lagi sarap kali ya tu orang’ gumamku dalam hati.

Lo mau gak jadi pacar gue?

Aku masih dalam keadaan mulut menganga, muka shock, dan mata yang hampir keluar. Halaah lebee banget ya? Ya aku tak habis percaya apa yang aku baca barusan.

"Woy!" teriak pemuda itu mengagetkanku. aku pun tersadar dari kekonyolan mukaku tadi.

"Apaan sih?!"

"Gimana? Lo mau kan jadi pacar gue? Pasti maulah, lo kan juga suka sama gue," ngeeekkk... dengan Pe-De-nya dia berkata seperti itu. Tapi... ada benernya juga sih... Hehehe. Aku menyukainya sejak lama. HAHA.

"Dih, apa banget sih lo!"

"Ck, gak usah sok jual mahal elah. Pokoknya mulai detik ini lo adalah cewek gue."

Heh?!... Aku pun memajukan bibirku, dia merangkulku dan tersenyum nakal. Aku yang menyadari arti tatapannya langsung menormalkan bibirku seperti semula.

"Gak romantis banget sih acara penembakannya?! Payah ah!" ledekku.

"Yang penting cintakan? Yang penting sayangkan?" godanya membuat pipiku ng-pink. Dengan gemas, ia mengacak-acak rambutku.

Yeaaahhh, ini cerita cintaku dimasa remaja. Ya meskipun cara penembakannya sama sekali gak romantis -bahkan bisa dibilang memaksa-, aku tetap bahagia. Dia yang apa adanya, menerima segala kekurangan/kelebihanku. HAHA. ily!
 

Babynemooos Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea