"Apa yang harus aku lakukan lagi, Fy?" ucap lirih
seorang pria jangkung itu.
"Tidak ada." Pria itu mendongak, menatap sepasang
mata hazel gadisnya.
"Kamu tau? Ketika kamu diberi kepercayaan sama
seseorang, jangan kamu sia - siakan kepercayaan yang ia beri, karena
kepercayaan itu mahal harganya."
"Fy..." lirihnya lagi
Sreeek. Gadis itu merobek kertas dari buku yang ia pegang. "Ambil kertas ini."
Pria itu mengambil kertas yang diberi gadisnya itu dengan tatapan bingung.
"Aggaplah kertas itu hati aku yang aku kasih padamu.
Masih utuh dan rapi bukan? Sama saat kamu menyatakan cintamu kepadaku. Aku
percaya sepenuhnya sama kamu untuk menjaga hati ini." Perempuan itu
tersenyum sambil menunjuk dadanya.
Si pria hanya bisa menyeritkan dahinya. Tak mengerti maksud
gadisnya.
"Sekarang kamu remas
kertas itu."
Si pria hanya diam. Ia tak mau meremas kertas yang dianggap hati gadisnya itu.
"Cepat lakukan!"
Dengan tangan bergetar. Si pria meremas kertas itu.
"Lihat kertas yang sudah kau remas. Itu sama halnya dengan keadaan
hatiku saat kau bermesraan dengan Aren. Remuk tak beraturan. Aku sakit, Yo." lirih gadis itu.
Pria itu hanya menunduk. Tak ingin melihat airmata yang
mengalir dipipi gadisnya.
"Kemudian, kau kembalikan kertas itu seperti
semula."
Si pria pun mengembalikan bentuk kertas seperti yang
dikatakan gadisnya.
"Lihat lagi bentuk
kertas itu. Apa masih utuh dan rapi seperti tadi?
Tidak bukan? Dan itu sama halnya seperti keadaan
hati aku saat ini. Sakit yang kamu kasih masih berbekas dan tidak akan
hilang sampai kapanpun. Kalau kamu tanya, apa yang harus kamu lakuin sekarang,
pergilah... jangan kamu minta kesempatan lagi. Aku tidak mau sakit untuk kedua
kalinya."
Gadis itu meninggalkan si pria dengan perasaan tak karuan.
Pria itu hanya menatap pasrah -mantan- gadisnya itu.